Rabu, 27 Juli 2016

Teknologi Pangan Lokal Dorong Diversifikasi Konsumsi Beras

teknologi - Bestprofit

Bestprofit - Jakarta, Tingginya konsumsi beras mendesak untuk perlunya menggenjot diversifikasi pangan lokal agar dikonsumsi masyarakat. Teknologi pangan artificial pun dibutuhkan untuk menciptakan pangan lokal yang menarik dan aman untuk dikonsumsi.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Unggul Priyanto, mengatakan, diversifikasi pangan perlu dikampanyekan secara masif. Konsumsi nasi yang telah membudaya pun harus diubah.
"Bagaimana kita tidak lagi bergantung pada beras, sebab konsumsi beras perkapita kita cukup tinggi di dunia dibanding Tiongkok, Jepang dan bahkan Malaysia," kata Unggul dalam acaralaunching outlook teknologi pangan BPPT di Auditorium BPPT, Jakarta, Selasa (26/7).
Senada dengan itu, Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT, Eniya Listiani Dewi, mengungkapkan, perlunya diversifikasi pangan karbohidrat non-beras.
Eniya menjelaskan, Indonesia tergolong sebagai importir beras tertinggi. Konsumsi beras mencapai 139 kilogram (kg) per kapita per tahun. Jepang saja hanya 70 kg per kapita per tahun dan Malaysia pun antara 60-80 kg per kapita per tahun.
"Pangan lokal seperti jagung, ubi kayu dan sagu mempunyai indeks glikemik rendah. Diversifikasi pangan harus naik. Kita memiliki target di 2045 konsumsi beras hanya 50 kg per kapita per tahun," paparnya.
Semakin tingginya angka penderita diabetes juga menjadi persoalan serius karena pangan karbohidrat beras memiliki indeks glikemik tinggi.
Untuk konsumsi mi instan, lanjutnya, 70 persen masyarakat mengkonsumsinya satu bungkus per hari. Belum lagi dimakan dengan nasi. Hal ini menambah bobot konsumsi karbohidrat.
BPPT melalui teknologi pangan pun telah membuat beras analog dari jagung, sagu, juga mi dan makaroni dari sumber pangan lokal non-beras. Bahkan, Kepala BPPT sudah menginstruksikan jajarannya untuk mengkonsumsinya.
Dalam target penurunan konsumsi beras, tambah Eniya, ditargetkan tahun 2020 konsumsi beras hanya 100 kg per kapita per tahun, tahun 2025 sebesar 96 kg per kapita pertahun, 2035 sebanyak 75 kg per kapita per tahun dan tahun 2045 sebesar 50 kg per kapita per tahun.
"Industri diversifikasi pangan perlu diwujudkan. Selain mampu menyediakan produksi massal, pangan diversifikasi juga harus terstandar dan aman dikonsumsi," ujarnya.

sumber: beritasatu.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar